Apa yang menarik dari kisah Harry Potter? Bagi saya, novel
anak-anak tersebut telah menyelipkan sebuah adegan menarik sekaligus
mengharukan:
Kekuatan cinta seorang ibu. Voldemort --penyihir hitam
paling ditakuti--tiba-tiba kehilangan seluruh kekuatannya ketika ingin membunuh
seorang bayi, setelah sebelumnya berhasil menghabisi orang tua bayi itu.
Dunia
Mistik menjadi gempar atas kekalahan penyihir tersebut.
Ternyata, sampai detik-detik menjelang kematiannya, sang
Bunda masih terus berupaya menyelamatkan Harry Potter yang masih bayi itu.
Kekuatan cinta seorang Ibu, meskipun sang ibu telah tiada, telah mampu
melindungi sang anak dari bahaya.
Lepas dari kisah Harry Potter, pernahkah kita menghitung
berapa liter beras dan berapa jenis makanan yang telah dimasak oleh seorang ibu
untuk anaknya, berapa meter lantai telah di-sapu dan di-pel oleh seorang ibu,
berapa banyak keheningan malam dilalui sang ibu yang terjaga untuk anaknya,
berapa kali kedua tangan sang ibu terangkat ketika berdo'a, dan berapa banyak
air mata mengalir ketika sujud mendo'akan kebahagiaan dan keselamatan anaknya.
Sang Ibu telah bertahun-tahun menjelma menjadi perawat untuk
penyakit batuk, demam, flu, cacar, ataupun sekedar luka di kaki akibat
terjatuh.
Ketika seorang sahabat Nabi ber-thawaf mengeliling Ka'bah
sambil menggendong ibunya yang sudah sepuh, ia bertanya pada Rasul yang mulia,
"Sudahkah terbayar lunas semua jerih payah ibuku?"
Rasul yang mulia menjawab, "Tidak!, bahkan untuk
menandingi rasa sakitnya saat melahirkan engkau pun tidak terbayar!"
Dalam bahasa lain, andaikan, sekali lagi, andaikan saja anda
mempunyai gunung emas yang kemudian anda berikan semuanya berikut seluruh
perbendaharaan harta anda yang lain untuk mengganti semua yang telah dilakukan
oleh seorang ibu, niscaya itu semua belum mampu membayar satu malam saja
saat-saat ibu mengasuh anda. Tidak pernah ada kata "cukup",
"lunas", "terbayar" untuk membalas cinta seorang ibu.
Kita durhaka pada bunda bila bunda tinggal di rumah kecil
dan bocor disana-sini, sementara kita tinggal di tempat yang nyaman; kita
berdosa bila kita menikmati makan siang yang lezat dan penuh gizi sementara
bunda hanya memakan seadanya; kita berdosa bila menghitung biaya sekolah anak
dan karena itu menghindar membelikan obat bagi bunda yang tengah sakit; Kita
berdosa bila kita dalam perjalanan yang sangat nyaman dalam mobil mewah,
sementara bunda naik kendaraan umum yang penuh sesak; kita tergolong anak
durhaka bila kita sanggup piknik atau jalan-jalan dengan isteri namun selalu
saja punya alasan untuk tidak mengunjungi atau bersilaturahmi ke tempat bunda
(atau berziarah ke kuburannya bila bunda telah tiada).
Jangan gunakan logika untuk berkhidmat pada bunda. Balas
cintanya dengan cintamu. Kenapa? Karena "Ridha Allah terletak pada ridha
orang tua," begitulah ajaran agama kita.
Bagaimana kita bisa membagi cinta kita untuk keluarga,
pekerjaan, dan sekaligus untuk ibunda? Jawabannya adalah: kita tidak pernah
membagi cinta; tetapi kita selalu melipatgandakannya. Balaslah kekuatan cinta
ibunda dengan ketulusan cinta kita; insya Allah --seperti diilustrasikan dalam
kisah Harry Potter di atas--cinta sang bunda akan terus melindungi kehidupan
kita.
"Ya Rabb, ampuni dosa kami dan dosa kedua orang tua
kami, dan sayangilah mereka sebagaimana mereka telah menyayangi kami sewaktu
kecil"
Note : Buat renungan untuk kita semua, betapa besar dan
agungnya cinta ibu kita kepada kita, sejak dalam kandungan hingga sekarang ini,
setelah dewasa dan berdiri sendiri, dapat bekerja, pendidikan dan ajaran agama
yang baik, semoga kiranya dapat menjadi pelajaran.
iklan disini
Tag :
Puisi
0 Komentar untuk "Cinta Ibunda"